24/06/11

Kakawin Nagarakretagama

Kakawin Nagarakertagama (Nāgarakṛtâgama) atau juga disebut dengan nama kakawin Desawarnana (Deśawarṇana) bisa dikatakan merupakan kakawin Jawa Kuna yang paling termasyhur. Kakawin ini adalah yang paling banyak diteliti pula. Kakawin yang ditulis tahun 1365 ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL.
Nagarakertagama artinya adalah “Negara dengan Tradisi (Agama) yang suci. Tetapi pengarangnya juga menyebutnya Deśawarṇana, yang berarti “Penulisan tentang Daerah-Daerah”. Nagarakertagama digubah oleh Mpu Prapañca pada tahun 1365 Masehi (tahun 1287 Saka. Sewaktu menulis Nagarakretagama, Prapañca masih belum bergelar mpu karena masih seorang calon pujangga. Ayahnya bernama mpu Nadendra dan memegang jabatan: Dharmâdhyaksa ring Kasogatan, atau Ketua dalam urusan agama Buddha.
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, raja agung di tanah Jawa dan juga Nusantara. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara.
Kakawin Nagarakrtagama
teks Kakawin Nagarakrtagama dalam aksara Bali
Sebagian besar teks menceritakan perjalanan sang raja ke daerah Lumajang, Blambangan, dan Singosari. Di samping itu ada juga deskripsi tentang ibukota Majapahit. Tentang peran dan kematian Patih Gajah Mada juga ditulis. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah “wilayah” kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti. Interpretasi isi ini masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini.
Di balik kontroversi ini ada hal menarik: Sunda dan Madura tidaklah disebut sebagai wilayah kerajaan, padahal teks ini sangat akurat dan teliti karena menyebut banyak sekali daerah dari ujung utara pulau Sumatra, Brunei sampai Papua (dalam teks disebut Wwanin = Onin).
Masih dalam naskah Negarakertagama ini dikisahkan bahwa Prabu Hayam Wuruk sebagai penguasa yang sangat adil dalam memerintah dan taat menjalankan aturan agama. Sebagai contoh Raja Hayam Wuruk menghukum mati Demung Sora yang merupakan seorang menterinya, karena dianggap bersalah setelah membunuh Mahesa Anabrang yang ternyata tidak berdosa. Dengan demikian Demung Sora telah telah melanggar pasal Astadusta dari kitab Undang undang Kitab Kutara Manawadarmasastra itu.
Teks ini semula dikira hanya terwariskan dalam sebuah naskah tunggal tetapi pelbagai naskah Negarakertagama ternyata banyak tersimpan di Bali. Tahun 1978, diketahui satu naskah Negarakertagama tersimpan di Amlapura (Karangasem), satu di Geriya Pidada (Klungkung), dan dua lagi di Geriya Carik (Sideman, Karangasem). Kakawin Negarakertagama yang diselamatkan oleh J.L.A. Brandes in adalah salah satu dari isi perpustakaan kerajaan Lombok yang berisikan ratusan naskah lontar. Semua naskah dari Lombok ini dikenal dengan nama lontar-lontar Koleksi Lombok. Koleksi lontar-lontar Lombok kemudian disimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda dan diberi nomor kode koleksi ‘L Or 5.023′. Bersamaan dengan kunjungan Ratu Juliana, dari Belanda ke Indonesia pada tahun 1973, naskah ini diserahkan kepada Republik Indonesia. Sekarang Kakawin Negarakertagama disimpan di Perpustakaan Nasional RI dan diberi kode koleksi ‘NB 9′. Kitab Nagarakertagama kini diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar