25/06/11

Pidato Lahirnya Pancasila


Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Kita mengetahui hal itu sejak dulu kala. Sebelum senjata di bawah kaki. Kita tau Indonesia sudah bersatu. Tapi, tahukah ananda bahwa Indonesia telah menumpahkan sebuah wadah. Wadah itu adalah pidato Bung Karno. Dimana tumbuh satu mati seribu, perjuangan demi mendapatkan tekanan hebat untuk mencium harumnya sang merah putih. Sudahkah ananda tau wadah Itu ?

"Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu!! Toch Saudi Arabia merdeka! Lihatlah pula - jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat - Soviet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Soviet, adakah rakyat soviet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih dari pada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Soviet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Soviet itu."

Begitulah ketika Bung Karno dengan lantangnya membacakan Pidato Lahirnya Pancasila. Mungkin dimata kita pidato ini terasa asing, usang tak terurus. Tapi, inilah sebuah wadah yang tumpah itu dan membentuk sebuah danau nan indah. Indonesia raya, pancasila adalah dasarnya dengan di bentengi perisai keadilan dan kemakmuran.

Apakah ananda tau kalau Bung Karno seorang yang Gila ? Ya, memang benar beliau adalah Seorang yang Gila. Gila akan Indonesia, Gila akan kemerdekaa rakyat RI, Gila akan kemakmuran Bangsa yang sedang siampang siur tak menentu ini. Gila menuntut sebuah jiwa dan raga agar bersatunya wadah anti kemiskinan. Dan membeberkan sayapnya dengan gagah berani. Ya, memang Bung Karno seorang yang Gila akan Pancasila. 

"Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun '33 saya telah menulis satu risalah, Risalah yang bernama "Mencapai Indonesia Merdeka". Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politieke onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa diseberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar