Rumah tempat tinggal penduduk disebut tambi, yang merupakan tempat
tinggal untuk segala lapisan masyarakat. Yang membedakan rumah sebagai
tempat tinggal kalangan bangsawan dengan rakyat biasa terletak pada
bubungan rumah, yang mana pada bubungan rumah para bangsawan dipasang
simbol kepala kerbau, sedangkan pada rumah rakyat biasa tidak dipasang
simbol tersebut.
Rumah Tambi merupakan rumah di atas tiang yang terbuat dari kayu bonati.
Bentuk rumah ini segi empat dan atapnya berbentuk piramida terbuat dari
daun rumbia atau ijuk. Ukurannya tergantung dari kemampuan
masing-masing pemiliknya. Ruangan utama (lobona) dari rumah ini tidak
dibagi atas kamar-kamar, hanya di tengahnya terdapat dapur (rapu) yang
dilengkapi dengan tungku tempat memasak. Di sekeliling dinding rumah
dibuat asari atau para-para yang memanjang sekeliling ruangan utama.
Pintu rumah berbentuk empat persegi yang menghadap ke depan. Pada daun
pintu diukir dengan motif kepala kerbau. Tangga rumah terbuat dari kayu
keras yang bulat dan ditakik. Jumlah anak tangga antara 3-5 buah,
tergantung dari tinggi rendahnya rumah tersebut.
Ruang utama berfungsi sebagai ruang tamu di kalangan keluarga, sedangkan
para-para (asari) berfungsi serba guna. Selain dipergunakan sebagai
tempat tidur yang diberi pembatas, dapat pula berfungsi sebagai tempat
untuk menyimpan harta benda, benda-benda pusaka, atau barang-barang
berharga lainnya. Rumah ini tidak berkamar, para penghuninya biasa tidur
di ruang tengah dengan menggunakan tempat tidur terbuat dari kulit kayu
(nunu).
Pada bangunan-bangunan tradisional dihias dengan berbagai bentuk ragam
hias yang menggunakan motif-motif tertentu, terutama motif fauna dan
flora. Ragam hias dengan motif fauna terdiri dari pebaula (berbentuk
kepala dan tanduk kerbau) dan bati (ukiran kepala kerbau, ayam, atau
babi). Ragam hias ini tidak diukir seperti benda-benda ukiran biasa,
tetapi hanya dipahat sampai halus dan rapi. Ukiran kerbau merupakan
simbol kekayaan pemilik rumah, sedangkan ragam hias babi melambangkan
kekayaan, kesuburan dan kesejahteraan pemilik rumah.
Warna yang digunakan dalam ragam hias ini disesuaikan dengan warna asli
kayu yang diukir. Misalnya warna untuk ragam hias bati adalah kuning
muda, sesuai dengan warna kayu yang digunakan. Dengan demikian ada
bermacam-macam warna untuk menghias rumah, antara lain hitam, kuning
muda, atau cokelat.
Sedangkan ragam hias dengan motif flora (pompeninie) merupakan
sobekan-sobekan kain yang dibuat dari kulit kayu. Kain Yang
berwarna-warni tersebut diikat dengan rotan, sehingga terangkai menjadi
suatu bentuk ragam hias, yang maksudnya agar penghuni rumah terhindar
dari segala gangguan roh-roh jahat. Umumnya bentuk bunga yang sering
dibuat sebagai ragam hias rumah. Warna ragam hias ini bermacam-macam,
biasanya berwarna merah, putih, kuning, hitam, biru, atau hijau.
Arah menghadap Tambi adalah utara-selatan, jadi tidak boleh menghadap
atau membelakangi matahari. Tambi juga memiliki bangunan tambahan yang
tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (di Kabupaten Donggala disebut
Gampiri), bangunan berbentuk trapezium yang berada pada masyarakat Lore,
yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah berfungsi sebagai tempat
musyawarah atau menerima tamu, sedang lantai atas digunakan sebagai
lumbung padi.
Letak Buho adalah didepan Tambi sebagai bangunan induk karena Buho
adalah tempat menerima tamu. Bangunan lainnya yang sangat sederhana
disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang
disebut iso berbentuk segi emapt panjang bertiang 4 buah dan
kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar