13/12/11

Rumah Adat Suku Lore [Poso-Sulteng]

Rumah tempat tinggal penduduk disebut tambi, yang merupakan tempat tinggal untuk segala lapisan masyarakat. Yang membedakan rumah sebagai tempat tinggal kalangan bangsawan dengan rakyat biasa terletak pada bubungan rumah, yang mana pada bubungan rumah para bangsawan dipasang simbol kepala kerbau, sedangkan pada rumah rakyat biasa tidak dipasang simbol tersebut.

Rumah Tambi merupakan rumah di atas tiang yang terbuat dari kayu bonati. Bentuk rumah ini segi empat dan atapnya berbentuk piramida terbuat dari daun rumbia atau ijuk. Ukurannya tergantung dari kemampuan masing-masing pemiliknya. Ruangan utama (lobona) dari rumah ini tidak dibagi atas kamar-kamar, hanya di tengahnya terdapat dapur (rapu) yang dilengkapi dengan tungku tempat memasak. Di sekeliling dinding rumah dibuat asari atau para-para yang memanjang sekeliling ruangan utama. Pintu rumah berbentuk empat persegi yang menghadap ke depan. Pada daun pintu diukir dengan motif kepala kerbau. Tangga rumah terbuat dari kayu keras yang bulat dan ditakik. Jumlah anak tangga antara 3-5 buah, tergantung dari tinggi rendahnya rumah tersebut.


Ruang utama berfungsi sebagai ruang tamu di kalangan keluarga, sedangkan para-para (asari) berfungsi serba guna. Selain dipergunakan sebagai tempat tidur yang diberi pembatas, dapat pula berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan harta benda, benda-benda pusaka, atau barang-barang berharga lainnya. Rumah ini tidak berkamar, para penghuninya biasa tidur di ruang tengah dengan menggunakan tempat tidur terbuat dari kulit kayu (nunu).


Pada bangunan-bangunan tradisional dihias dengan berbagai bentuk ragam hias yang menggunakan motif-motif tertentu, terutama motif fauna dan flora. Ragam hias dengan motif fauna terdiri dari pebaula (berbentuk kepala dan tanduk kerbau) dan bati (ukiran kepala kerbau, ayam, atau babi). Ragam hias ini tidak diukir seperti benda-benda ukiran biasa, tetapi hanya dipahat sampai halus dan rapi. Ukiran kerbau merupakan simbol kekayaan pemilik rumah, sedangkan ragam hias babi melambangkan kekayaan, kesuburan dan kesejahteraan pemilik rumah.


Warna yang digunakan dalam ragam hias ini disesuaikan dengan warna asli kayu yang diukir. Misalnya warna untuk ragam hias bati adalah kuning muda, sesuai dengan warna kayu yang digunakan. Dengan demikian ada bermacam-macam warna untuk menghias rumah, antara lain hitam, kuning muda, atau cokelat.


Sedangkan ragam hias dengan motif flora (pompeninie) merupakan sobekan-sobekan kain yang dibuat dari kulit kayu. Kain Yang berwarna-warni tersebut diikat dengan rotan, sehingga terangkai menjadi suatu bentuk ragam hias, yang maksudnya agar penghuni rumah terhindar dari segala gangguan roh-roh jahat. Umumnya bentuk bunga yang sering dibuat sebagai ragam hias rumah. Warna ragam hias ini bermacam-macam, biasanya berwarna merah, putih, kuning, hitam, biru, atau hijau.


Arah menghadap Tambi adalah utara-selatan, jadi tidak boleh menghadap atau membelakangi matahari. Tambi juga memiliki bangunan tambahan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu Buho (di Kabupaten Donggala disebut Gampiri), bangunan berbentuk trapezium yang berada pada masyarakat Lore, yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah berfungsi sebagai tempat musyawarah atau menerima tamu, sedang lantai atas digunakan sebagai lumbung padi.


Letak Buho adalah didepan Tambi sebagai bangunan induk karena Buho adalah tempat menerima tamu. Bangunan lainnya yang sangat sederhana disebut Pointua, yaitu tempat menumbuk padi, dimana terdapat lesung yang disebut iso berbentuk segi emapt panjang bertiang 4 buah dan kadang-kadang terdapat pula lesung bundar yang disebut iso busa.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar